Monday, August 9, 2010

Ikhlas dan Sabar


Cermin Hati Ikhlas dan Sabar

Ikhlas bukan sekedar bersih hati
bukan berarti pasrah dalam cobaan
juga bukan mengikuti arus air
karena air yang mengalir begitu saja
belum tentu menuju tempat yang benar

Sabar, bisa jadi cara kita berlapang dada
atas musibah yang menimpa
dan memahaminya sebagai takdir
yang harus dijalani sambil terus berusaha
mencari pemecahannya

Ikhlas dan sabar...
mudah diucapkan tapi sulit dilakukan
mungkin kita butuh cermin
untuk bisa sabar dan ikhlas

by.Enno El-khairity
Cerpen Cermin Hati Ikhlas dan Sabar


----------------------------------

Matahari terang, membiaskan cahaya emasnya di sela-sela partikel udara.

Sudah hampir 4 jam ngantri di kampus adik buat ngurusin daftar ulang semesternya. Titah ini diberikannya padaku karna ia pulang ke kampung pertengahan bulan kemarin (hehe). "Pekerjaan" ini membuatku duduk berjam-jam di depan layanan akademik kampus STAIN.

Ketika aku datang pukul 10.30 Wib antrian masih panjang, keadaannya ramai. Kalau begini, aku terbiasa memilih untuk berkenalan dengan orang-orang yang duduknya paling dekat. Menunggu dengan bercengkrama lebih menyenangkan agar tak merasa bosan. Kulirik sepintas gadis yang sibuk dengan leptop dipangkuannya. Ia duduk di sebelah kiri. Senyumku mengembang, ada sesuatu dalam genggamannya yang membuat tertarik, buku dengan cover gambar wanita bercadar dan warna seluruh sampul merah bata. Aku memastikan itu adalah novel. Iseng-iseng jadi pengen pinjam, namun ternyata kumpulan cerpen dengan judul "Cermin Hati Ikhlas dan Sabar", setelah berkenalan akhirnya ku tahu namanya Omi, baru dikenal namun cukup ramah meski ia terus sibuk dengan leptopnya.

Lebih yang duduk di samping kananku, urusan administrasi malah dia yang menyelesaikannya. Walaupun masih aku yang berinisiatif mengenalkan diri terlebih dahulu namun Umi , gadis berperawakan kecil dengan jilbab hitam sewarna frame kacamatanya, tanpa bertanya banyak langsung menawarkan bantuan untuk mengambilkan form daftar ulang, membantuku mengisinya kemudian memasukkannya kembali ke bagian akademik.

Disela-sela waktu menunggu nama adik dipanggil kami mengulang perkenalan, menanyakan alamat rumah satu sama lain, ngomongin aktivitas sampai bertukar nomor handphone.

"Kalau hari terakhir begini mba, ngantrinya bisa sampai ashar"terang umi.

"Bahkan masih disambung besok"

"Kalau saya udah daftar kemarin mba, hari ini cuman nemanin teman"tambahnya lagi.

Kami masih terus berbincang karna nama adikku belum juga di sebutkan oleh petugas pendaftaran bahkan ia yang lebih mendominasi obrolan. Dari masalah lowongan pekerjaan di sebuah saung rumah makan yang coba diambil sampai sisi kehidupannya yang lain. Sedang aku kebanyakan mendengar lalu sesekali menanggapi. Subhanallah, tetap ada teman meski datang sendiri tadi.

"Tuh kan Allah selalu menyelipkan orang-orang baik dalam kehidupan kita, membantu tanpa pamrih" aku membatin.

Hingga pukul 2 siang ia pamit untuk pulang terlebih dahulu karena temannya sudah selesai mendaftar. Dan aku masih terus menunggu, meski jenuh juga, mencoba bersabar lagi. Beberapa teman yang tanpa sengaja kujumpa dan kukenal yang juga ingin daftar ulang menyarankan untuk datang kembali besok. Tapi kalau besok ada beberapa hal lain yang harus diselesaikan, pikirku.

Setelah sedikit berdiskusi dengan seorang teman yang akhirnya datang selang beberapa jam kemudian dengan maksud yang sama, kami memutuskan untuk kembali esok hari. Namun ternyata sebelum beranjak pergi aku mendengar nama adik di panggil.

"Verra Purnama Anjelita" dua kali namanya disebutkan melalui mikropon.

Kemudian aku menyerahkan uang lalu mengambil slip bukti pembayaran semester. Alhamdulillah, sabar membuahkan hasil. Hari ini diajarkan kan kembali olehNYA untuk bersyukur karena mendapat pertolongan serta untuk selalu ikhlas dan sabar.


Pontianak, 09082010

0 komentar: