Monday, February 13, 2012

Terbiasa Bahagia




Mungkin tak ada yang tahu demikian juga aku bagaimana wujudnya.

Ini hanya sebuah rasa seperti ketika aku mendengar gerimis mulai turun,

perasaan yang sama tiap kali melihat lekuk-lekuk kota kala senja,

atau mendengar doa-doa indah dari Ibu yang ia ucapkan lewat telepon genggam.

Rasa yang diwakilkan dengan garis melengkung di wajah menandakan senyum ketika memperhatikan dengan cermat tawa anak-anak berseragam coklat tua saat mereka pulang sekolah

atau pada mataku yang akan berbinar karena memperhatikan warna payung biru, hijau, ungu, merah jambu, abu-abu lalu jingga saat sendiri menanti hujan deras mereda di depan sebuah supermarket

serta luapan rasa yang sama melihat senyum mengembang seorang perempuan yang selalu rutin menjajakan es tebu di depan tempat tinggalku ketika kami bersitatap

bahwa: aku bahagia. Begitu saja.

Saat bisa berbagi meski yang digenggam sedikit. Berbuat hal sederhana diantara gelutan hari yang penat kemudian aku tak perlu merasa kehilangan pada apa saja yang bukan menjadi milikku.

Hingga dari sanalah aku menyadari sesungguhnya bahagia bukanlah hal yang absurd jika kita mau belajar terbiasa hidup dengan kebahagiaan. Bahagia berawal dari sesuatu yang sederhana semacam memberi ruang di hati untuk melihat, mendengar dan merasa kemudian mensyukuri semua itu.

Maka nikmat mana lagi yang kan kau dustakan?
(QS. Ar-Rahman)


mari berbahagia :)
 #februari
VCY, sisiungu

4 komentar:

Dini Haiti Zulfany said...

Kunci supaya hati senantiasa bahagia memang sederhana: sabar n syukur.. Walopun prakteknya tak segampang mengetikkannya, tapi bukan brarti tak bisa :D

sisiungu said...

@thekupu:

benar Din..
sabar dan syukur mmg tak mudah namun sekaligus kedua itu indah :)

sisiungu said...
This comment has been removed by the author.
Dini Haiti Zulfany said...

Tepat sekali :D