Mengapa kita selalu menganggap bahwa tersenyum lebih baik dari menangis? Padahal keduanya saling melengkapi dan berbagi. Lalu kita pun terus percaya sampai usia menua. Mengajari anak-anak kita dengan cerita yang sama, mengatakan kau tidak boleh menangis tanpa pernah bertanya sebab bening-bening itu mengapung dipelupuk mata indahnya.
Karenanya ada saat ketidakmengertian
yang hanya perlu kau diamkan tanpa perlu terus kau pertanyakan. Dan menganggap suatu hari biarlah jawaban yang mengatakannya sendiri padamu, atau… sampai senja kesekian kita memang tak
pernah menemukannya, kita hanya perlu yakin. Tak lebih dari itu.
Dari sanalah kemudian aku mengajari diri untuk tidak angkuh, lantas
apakah salah jika berkata, “Aku tidak tahu.”
*maret, saat malam menjelma dingin dan hujan sedang merapat ke sisi
jendela.
VCY, sisiungu.
6 komentar:
iya juga ya kak.. tertawa dan menangis saling mengimbangi..
yang penting ndak keseringan nangis karna terlalu sedih jak ye kak.. Pesan Allah kan, Laa Tahzan Innallaha ma'ana ^^ Innama'al usriyusraa..
trimakasih kesedihan, karenamu aku tau arti bahagia :')
benar Din,
paragraf pertama hanya sebuah analogi dari ketidakmengertian :)
sama kayak status fbny, #jangan angkuh. orang awam sekelebat abis baca status fbnya mba vitha terus baca ini nangkepnya kayak tulisan orang lagi suka tapi ketahan. CMIWW :P
btw maaf ya emailnya belum sempet dibales, ntar di bales deh, sekalian aku kirimin sinopsis & rangkuman singkat menurut aku buat di koreksi. ;)
bener2 pengen ketawa baca komenmu Rizaldy, hee :)
bukan, bukan ttg itu. diksi2 yg membingungkan ya :D
oke, gak sekarang jg gpp :)
~suka postingan ini^^
chika suka nangis kok^^
nangis itu melembutkan hati
~memberi inspirasi^^
makasi Chika, eh udah lama ya kk gak silaturahim :)
iya, menangis pada hal yang seharusnya untuk ditangisi. Tp btw sebenarnya postingan ini hanya kiasan :)
Post a Comment