Sunday, June 21, 2009

Lilin


:: Lilin


oleh Saiful Bahri


Ada seorang gadis terluka cukup parah akibat kecelakaan di sebuah jalan kecil di Alexandria. Peristiwa ini terjadi lewat tengah malam. Dengan tertatih-tatih ia mencari pertolongan terutama untuk menginap malam itu.


Lampu-lampu flat dan apartemen disekitarnya telah gelap. Hanya sebuah ruangan kecil yang masih tampak remang-remang. Ruangan itu terletak dibawah sebuah apartemen. Sang gadis memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan tersebut.


Penghuni ruangan itu adalah seorang pemuda sederhana, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Alexandria. Saking sederhananya ia hanya mampu menyewa ruang bawah apartemen yang tidak ada fasilitas listriknya. Sehari-harinya ia hanya menggunakan lilin atau lampu minyak sebagai penerang ruangan tersebut.


Kini sang pemuda telah berdiri tegak di depan pintu. Rasa iba menyergapnya ketika melihat seorang gadis terluka di tengah malam saat musim dingin. Ia mencoba menepis berbagai perasaan yang sangat menggejolak. Sejenak ia menghembuskan nafas panjang.


Setelah cukup lama terpaku dalam diam ia memutuskan untuk menerima sang gadis di satu-satunya ruangan yang ada, tempat belajar sekaligus tempat tidurnya. Setelah membersihkan badannya, gadis itu meminta ijin untuk beristirahat sambil menunggu fajar dan pertolongan berikutnya. Adapun sang pemuda segera memutar meja belajarnya membelakangi tempat tidurnya.


Bisa dipastikan, detik-detik berikutnya ia tak lagi bisa konsentrasi. Terlebih sudah saatnya ia beristirahat. Hati kecilnya segera bertanya. Apa yang sebaiknya aku lakukan sekarang ?.


Aku lelah dan ingin segera tidur. Tetapi di mana aku akan membaringkan badan ?. Lintasan-lintasan buruk pun tak luput ikut membujuknya untuk segera istirahat mengingat tugasnya yang cukup berat esok hari.


Setiap kebimbangan itu datang, ujung jari telunjuknya
segera diarahkan tepat diatas lilinnya. Kilatan api lilin menjilat-jilat jemarinya. Demikian ia lakukan hingga pagi hari.


Ketika hari sudah mulai terang, ia antarkan sang gadis ke rumah sakit guna mendapatkan pertolongan medis. Tak lupa, ia kontak orang tuanya. Tak lama kemudian ayah sang gadis segera datang ke rumah sakit tersebut.


Singkat cerita, gadis itu menceritakan kebaikan sang pemuda. Ia ceritakan juga 'tingkah' sang pemuda sepanjang malam. Sang ayah mendengarkan cerita putrinya dengan seksama. Ia sangat mengagumi pemuda tersebut.


Terlebih setelah ia mengetahui bahwa sang pemuda tengah kuliah di Universitas Alexandria. Saat itu kebetulan ia menjabat sebagai Rektor Universitas tersebut.


Singkat cerita, sang ayah tertarik dan hati anak gadisnya pun kecantol. Menikahlah pemuda itu dengan putri rektor universitasnya.

***


Konon, seorang syeikh Al-Azhar menguji beberapa orang muridnya. Di akhir muhadharahnya ia menginstruksikan kepada mereka untuk segera mengumpulkan barang yang mereka sukai di kamar masing-masing. Tiap orang diberi waktu setengah hari.


Ada yang mengumpulkan kayu bakar, ada yang menimbun buku-buku, ada juga yang mengumpulkan berbagai jenis bunga. Waktu yang telah ditentukan beberapa detik lagi akan berakhir. Pada detik-detik terakhir itu seorang murid syeikh menampakkan diri. Sang guru bertanya: "Apa yang kau kumpulkan dalam kamarmu sehingga engkau hampir saja terlambat ?".


Sang murid dengan tenang menjawab: "Saya mencari-cari lilin. Saya baru mendapatkannya di sebuah tempat yang jauh". Senyum sang Syeikh mengembang. Ia kemudian bertutur.


Wahai muridku yang mengumpulkan kayu bakar, sesungguhnya engkau tak mau bekerja keras. Cenderung mencari yang termudah. Kau dapatkan kayu bakar disamping masjid lalu kau masukkan dalam kamar.


Sedangkan engkau yang mengumpulkan buku-buku, sadarkah dengan apa yang akan engkau baca di tengah kamar yang sangat gelap. Adapun muridku yang mengumpulkan bunga-bunga, sungguh idealismu berlebihan dan terlalu tinggi. Engkau menganggap hidup ini selalu indah penuh dengan bunga. Engkau lupa bahwa tangkai bunga itu ada yang berduri.


Sejenak ia memandangi muridnya yang datang terakhir. Ia kemudian berkata: "Sedang engkau wahai muridku, engkau menyadari betapi perlunya menyinari isi kamarmu sehinggga engkau berlari-lari mencari sebatang lilin".

***


Dua kisah di atas hanya sekedar gambaran dari ujung sebuah idealisme dan kekuatan mempertahankannya. Ikatan keyakinan yang kuat akan membuat seseorang memiliki self control (muraqabatullah). Ini terlihat jelas dari kisah pertama.


Kemudian ketika seseorang menyadari misinya sebagai pengemban risalah setelah para Nabi wafat, ia akan berusaha keras untuk menerangi hati-hati manusia. Maka ia akan mencari penerang tersebut. Kemudian menyampaikan cahaya 'lilin' ke segenap relung hati manusia.


Hal ini agar manusia disekelilingnya bisa berbuat sesuai bidangnya (untuk menegakkan kalimat-Nya). Baik sebagai insan akademis, praktisi hukum, pegawai kantor atau berbagai profesi lainnya. Semuanya bangga mengatakan: "Nahnu du'atun qabla kulli syai'" (kita adalah da'i sebelum kita memerankan posisi peran masing-masing).


Muraqabatullah dan menyadari tugas dakwah akan banyak membantu menyadarkan manusia secara kultur untuk memainkan peran khalifah di bumi ini. Allahu A'lam.


0 komentar: