Sunday, November 8, 2009

Ujian itu Laksana Tamu



Ujian itu Laksana Tamu



“Jiwaku, jangan sia- siakan amal shalihmu dimasa lalu, tidak tidur bermalam-malam dan berhari- hari, dan lelah bertahun- tahun, hanya dalam tempo sesaat dan gegabah. Sabar itu sebentar, karena itu bersabarlah! Cobaan itu laksana tamu. Biasanya, tamu itu tidak lama berada di rumah yang dikunjunginya”.

Ini bunyi sebuah pesan yang masuk ke inbox hp saya beberapa waktu lalu saat malam mulai larut. Sebuah nasehat singkat dari seorang teman yang seringkali saya panggil kakak. Seorang perempuan berumur 2 tahun lebih tua dari saya, yang tiap berjumpa dengannya membuat senyum saya hadir. Obrolan seputar buku baru, hikmah, kehidupan dan lain sebagainya menghiasi perjumpaan saya dengannya, ditambah kami memiliki beberapa persamaan salah satunya hobi hingga jika bertemu dengannya membuat saya merasa nyaman. Betapa baiknya Tuhan karena membiarkan saya bertemu para sahabat yang mengingatkan agar saya tetap pada fitrah. Sebuah pesan yang menyadarkan agar saya tetap harus berdiri tegak meski seringkali jatuh.


Pernah seperti ini ? ketika merasakan kedatangan ujian, cobaan, masalah atau apapun namanya, silih berganti tak kenal henti dalam selang waktu yang singkat. Belum merasa lega dengan sebuah persoalan yang baru terselesaikan tiba-tiba tanpa diduga persoalan lainnya datang menghampiri. Saat itulah kadang jiwa merasa ringsek, hati ini lebur, langkah kaki semakin lamban, tenaga seperti tak tersisa, pertahanan mulai goyah.


Disatu episode kehidupan. Allah memberi kita kebahagiaan. Kita tertawa dan berkata betapa baiknya DIA. Namun disatu episode kehidupan lainnya, IA memberi kita kedukaan, sehingga tubuh ini tak kuat menopang beban- beban kehidupan. Hati terluka, mata menangis. Dalam sekejap kita berkata kemana Allah? Kenapa tak jua menolongku?


Ah…betapa naifnya kita. Padahal saat itu IA sedang menjamu kita dengan caraNya yang indah. Begitulah, banyak kebaikan- kebaikanNYA yang tak kita pahami secara logika. Hidup memang perjalanan dari satu keputusan menuju keputusan lainnya. Sayangnya, tak setiap saat hidup menawarkan pilihan yang mudah. Bahkan Kita harus melalui perjalanan rasa yang penuh gejolak. Kadangkala kita harus merasakan benci, marah, kesal sampai putus asa untuk menemukan yang namanya KESADARAN. Bahwa kita harusnya menyadari, Tuhan tak pernah menciptakan beban tanpa menciptakan pundak.

0 komentar: