Friday, December 11, 2009



TANPA JUDUL


“Arrrggahhh…!!” Ingin kuhempas rasa marah ini. Rasa yang kucampur dengan sedih. Dengan berteriakkah?! atau melempar barang disekitarku?! Agar kemarahan dan kegaduhan emosi serta pikiran terlampiaskan. Namun tidak! Aku bukan demikian. Aku takkan melakukannya. Toh habis itu aku hanya terlihat seperti orang kurang waras dalam kamarku sendiri. Akhirnya hanya ada satu yaitu menuliskan semua kecamuk yang melingkup hati. Mengurutkan huruf demi huruf hingga menjadi kalimat penyampai cerita pada GHAZI, teman elektronik alias leptopku ini, lalu bercerita pada seorang teman dan selebihnya kebanyakan pada DIA.


Saat ini aku hanya merasa orang yang paling salah didunia, tersudutkan. Merasa bukan seorang teman yang pantas untuk diandalkan, merasa tak memiliki prestasi, terutama merasa terbang kemudian jatuh. Huffttt…ada perjalanan ruhiyah yang terlalu panjang untuk diceritakan.


Aku akui adakalanya aku takut pada pendapat orang lain tentang diri. Padahal, suka atau tidak, orang lain pasti memiliki pendapat tentang diri ini. Dan, kita pun takkan mampu menghentikannya. Sebaliknya, bila mau, boleh-boleh saja kita membalas mengatakan sesuatu tentang orang lain. Sayangnya berbantah-bantahan tentang hal ini tak selamanya menolong keadaan. Jadi, mengapa risau???


Ini yang aku ketahui dari mencerna sebuah bacaan, “Seringkali ketakutan muncul karena kita berusaha membenarkan atau menyalahkan pendapat-pendapat itu. Padahal, semestinya tak perlulah itu menambah atau mengambil sesuatu dari kita. Yang lebih buruk lagi adalah, bila kita hanya ingin mendengar sesuatu yang kita sukai saja, dan menolak apa yang tak ingin terdengar. Setuju atau tidak, seringkali ini tak lebih dari ajang pengingkaran diri. Biarlah orang lain mengatakan sesuatu tentang kita. Bila itu bermanfaat, kenakan sebagai perbaikan diri. Bila tidak, terimalah. Setidaknya ada orang yang memperhatikan kita. Dan, itu bukanlah hal yang buruk.”


Maaf, Aku sedang menasehati jiwa,


“Kelak Vith, jika kita tidak bisa menilai diri mungkin orang lain yang bisa menilai dan menakar. Menjadi orang yang luar biasa dalam pemberian maaf, bahkan menjadi orang yang luar biasa santun bicaranya perlu ujian untuk menempanya. Layaknya keinginan menjadi pohon yang indah, dahannya kuat, kokoh, menebar manfaat.”


Sekarang aku hanya perlu sesuatu>>> AL-QUR’AN.

0 komentar: