Thursday, January 28, 2010

Selamat Jalan, kakek..



Selamat jalan, Kakek...



Hari ini cerah, langit biru, matahari pecah sinarnya. Namun mendung bergelayut dirumahku. Ada air mata tumpah disana. Ada kesedihan mendalam dari mereka yang merasa memiliki. Air mata yang juga menghampiriku. Hari ini, aku meraba perasaanmu, Ibu. Menyamakan rasa kita pada lelaki yang sangat kau cintai selain ayah. Seseorang yang kupanggil kakek. Mulai lagi membangkitkan kembali rinduku padanya. Namun mungkin aku tak mampu menyamakan rasa itu. Bagaimanapun perasaanmu tentu jauh lebih dalam. Bertahun-tahun kau hidup dengannya.


“Nak, kakekmu meninggal dunia.” Ada kesedihan yang kau tahan meski akhirnya kudengar tangismu pecah sewaktu menelpon. Sekuat tenaga pula kutahan buliran bening disudut mata agar tak menambah pilu. “Ada senyum terukir diwajah kakek, mengucapkan kalimat Allah pun tidak kesusahan diakhir nafasnya” katamu menutup kabar. Seperti harapanmu Ibu, semoga memang pertanda bahwa kakek menghadapNya dalam keadaan terbaik.


Aku pun sudah menyiapkan rasa kehilangan sejak kabar demi kabar terakhir tentangmu datang. Rasa yang selalu bermakna sedih. Rasa yang hanya singgah dihati orang-orang yang pernah merasa memiliki. Meski dihari-hari kemarin menyimpan berjuta harapan agar engkau kuat dalam melewati masa kritis dan Allah memberimu celah kesembuhan. Tapi betapa Dia lebih tahu segala.


Kek, kini aku hanya bisa mengenang kebersamaan kita. Ketika sewaktu kecil aku merasa engkau adalah “musuh bebuyutan” karena diantara cucumu yang lain hanya aku yang selalu dijadikan bahan olokan lalu seiring bertambah usia kupaham bahwa itu adalah ungkapan sayang. Ketika hari yang paling kunanti setiap liburan panjang adalah perjalanan kita menuju kebunmu yang luas di perbukitan, dengan perahu melewati sungai, penuh perahu dengan cucu-cucu tercinta. Atau saat diskusi panjang kita berdua pada sebuah topik dan buku-bukumu di sebuah siang juga petuah-petuah sederhana yang kau katakan. Lalu senandung lagu masa muda yang kau nyanyikan dan diam-diam kudengar maknanya. Sungguh, ingin kuurai semua kisah kita, kisah- kisah yang tak bisa kutenggelamkan dengan mudah dan terus akan kusimpan.


Kakek, selamat jalan... Maafkan aku tak menungguimu saat terakhir. Jiwa ini pun tak abadi, semoga IA memberikan kebaikanNya agar kita dapat berkumpul di syurga. Sepulang urusanku selesai dikota ini, aku akan menjenguk ditempatmu bersemayam, bertafakur sejenak melepas rindu setelah lebih setahun kita tak bertemu.



I love you, Grandfa…

Kamis, 28 Januari 2010

1 komentar:

Aji said...

i'm very2 proud of u, grandfa..