Sajak Seribu Kuntum Bunga
; bernama engkau
Pulanglah, kau sudah begitu lelah
pulanglah ketika gerimis penuh di wajah
karena aku perempuan yang paling setia
membuang sesak juga menghapus tangismu
menyimpan gejolak kisah tenggelam purnama
Aku terpaku pada sketsa lensa matamu
kala pertemuan sore dipenuhi langit gelap
dan ku hanya diam berkemas tinggalkan bayangan
karena hujan telah mengundang gelap terlelap
Bintang malam kuhitung sendiri
seperti musim yang menahun
menghilangkan jejak yang terselip di ruas-ruas waktu
lagi-lagi aku terdiam
menunggui malam berubah warna
kau mungkin tak mengenal
bahwa akulah sang perindu
menyimpan cinta tak bersyarat
memekar seribu kuntum bunga
dihalaman hati
saat kau mengukir namaku dikesepian
ingatkah ada catatan sore yang kuselip di tas ranselmu
kala kau berangkat dan lagi-lagi pula aku tersenyum
memandang punggungmu yang hilang bersama matahari dan debu jalanan
suatu kali kau mungkin pernah lupa pada warna jilbabku
tapi aku tak pernah lupa pada senyummu
pada pijar di matamu
ada senandung yang kuingat dari ucapmu
mengalir bening ketulusan
maka semenjak hujan membuatku terpaku dipintu
aku tak pernah berhenti berdoa
agar cahaya memancar sampai padamu
menggenggam cinta bernama ; engkau.
Vitha Civtany Yolandary.
Pontianak, 12:04. 03082010.
Menjenguk ibu dalam diriku.
1 komentar:
entah apa yang harus kukatakan..tentang sajakmu kali ini...
menyentuh hatiku...
Post a Comment