Tuesday, October 19, 2010

Rinduku pada Dua Pemberani


Ia menjinjing sebuah keranjang di depan saya dan menoleh utk tersenyum. Saya balas tersenyum. Kakek nampak lebih tua kini namun tubuh jangkungnya mampu menyembunyikan usianya. Jalannya masih tegap meski sesekali ia pun kadang berhenti utk menarik nafas. Kami berjalan melintasi pantai yg sepi dan kosong. Matahari baru saja terbit, dan langit dipenuhi dgn sinar abu-abu serta merah menyala menyelimuti awan.

Segera ia berhenti. Saya membentangkan sebuah selimut ungu lembut, dan kami duduk. Ia membuka keranjang itu dan mengeluarkan satu per satu, sarapan pagi kami yang lezat. Kemudian kami makan.

Setelah sarapan pagi, sejenak kami menyaksikan awan-awan bergerak ke dalam bentuk-bentuk. Di pagi itu pula utk yg terakhir kali kakek membacakan untukku rangkaian kalimat-kalimat istimewa dalam sebuah buku di genggamannya. Buku dgn gambar sampul lelaki yang juga istimewa, berkoko putih, KH.Rahmat Abdullah. Buku Warisan Sang Murabbi.


Ruang imaji.

Rindu pada dua lelaki pemberani yg kini tak ada di sisi.

PTK,18.10.2010.

0 komentar: