Thursday, October 14, 2010

Kau Perempuan Luar Biasa



Kau Perempuan Luar Biasa


Senja di jantung kota. Sepucuk puisi dibungkus kertas ungu. Tak sabar rasanya ingin segera kuberikan padamu. Benda ajaib ini adalah misi rahasia ketika diam menjeratku ke dalam ruang tak berpintu.


Aku hanya ingin ini, wajahmu yang sejuk dan senyummu yang segar. Ada rindu berpuluh-puluh kali lipat. Setelah jarak dan waktu jualah membawa kau pergi. Jauh sulit kutemukan karena duka yang sudah lama kau simpan sendiri.


Kalau Tuhan mengabulkan, kan kuajak kau melanglang buana. Buana yang mana, entah. Dengan sepasang roda terbang melintas awan seperti yang selalu kau pandangi sebelum mata terlelap. Lalu sebersit senyummu hadir dan kau bawa ia dalam dekapan mimpi-mimpi.


Hei, jangan menangis. Mungkin perpisahan ini sudah terlalu panjang hingga tak tahu apa yang harus diceritakan terlebih dahulu. Aku juga rindu saat kita ngobrol dan tertawa-tawa atau hanya duduk, mengamati kendaraan dan orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.


Aku masih kan setia mendengar kisah tentang sampan kecil yang begitu ringkih dan tak mampu menanggung beban. Tapi kali ini bolehkah kita berganti cerita dengan kisah si Melati yang meski mungil tapi selalu wangi, atau hamparan tulip yang selalu tegak berdiri seperti kawanan prajurit. Kekhususan yang Tuhan ciptakan pada tiap makhlukNya. Kaulah kembang itu dan Tuhan mencintaimu. Bahkan lebih dari yang kukira.


Semenjak pagi sudah kurekam tiap peristiwa yang pernah kita lewati dan kalimat-kalimat yang terus kau amini hingga langit menggelap. Suatu hari kau ajariku tentang hujan dan mencintai gerimis, mencintai jarum-jarumnya. Aku pun mulai menikmati dan menyukai pelajaranmu tentang hidup. Sekarang kumengerti bahwa hidup adalah masalah pilihan bagaimana kita menjalaninya. Kini aku sedang memacu kedua kaki untuk menjemputmu. Menjumpaimu kembali adalah hal yang terindah.


Senja ini, sepucuk puisi dibungkus kertas ungu untukmu, perempuan.



KAU PEREMPUAN LUAR BIASA


Kau perempuan luar biasa

mencintai Tuhan dengan cinta sederhana

Cinta disaat lebih

Cinta disaat kurang


Kau perempuan luar biasa

merekah bagai bunga

bagai kembang melati

anggun dan tak layu

bagai matahari di cakrawala membiru



Rumah Mimpi kita,


0 komentar: