Thursday, July 7, 2011

Kala Aku Tua




30 tahun dari sekarang. Aku sedang mengunjungi diriku sendiri dimasa tua. Menerawang ke kehidupan yang jauh. Tinggal di sebuah rumah yang hangat beraroma teh serta bercat ungu tak terlalu terang. Rumahku memiliki ruang bersama yang cukup luas dan foto keluarga di salah satu dindingnya. Lalu di luar, pekarangan penuh dengan bunga mawar yang semerbak.

Mungkin pendamping hidup sudah tiada. Anak-anak hidup di rumah berbeda bahkan di tempat yang jauh dariku, merantau mencari penghidupan dan memiliki keluarga sendiri. Suasana rumah lengang dan sunyi. Hidup sendiri.

Penglihatanku terganggu, aku berkacamata, berjalan perlahan dan sedikit rapuh. Bangun sebelum fajar serta berharap masih terus menunaikan kewajiban sebagai seorang hamba, sholat dan mengaji. Harapan lainnya adalah tak ada penyakit akut yang mengrogoti raga. Aku memasak di hari sangat pagi kemudian mencuci piring yang kotor. Membuat kue lalu menonton televisi. Melewati siang dengan buku bacaan dalam genggaman jari yang keriput. Atau sesekali juga masih terus menulis. Setidaknya mengirim email berisi rindu dan kabar kepada semua anak-anakku, sanak saudara dan kepada teman-teman. Aku melewati waktu sendiri.

Perasaan sunyi pasti ada namun hidup tentu harus terus berjalan. Aku punya rumah baca di pojok kanan, untuk siapapun yang hendak mampir, anak-anak maupun para dewasa. Sebuah rumah baca dan sedikit halaman untuk praktek menanam bersama anak-anak. Akan selalu ada senyum segar saat bercakap-cakap dengan anak-anak yang memiliki wajah seperti embun dan mata bening yang menyiratkan perasaan bersahabat yang dalam. Mendengar celoteh mereka dengan sabar dan penuh minat, mengajari mengaji dan menulis serta membacakan untuk mereka kisah atau sekedar berbagi kue yang telah kubuat. Aku mengerti kadang-kadang agak repot karna harus merapikan buku-buku yang berantakan sebab usia telah membuatku bergerak lebih lamban betapapun semua itu tentunya melahirkan rasa bahagia.

30 tahun dari sekarang. Saat tua nanti, semoga aku tak dikenal sebagai perempuan tua yang sibuk mengomel dan membentak-bentak. Atau memiliki wajah merah padam karena marah namun belajar menjadi perempuan tua yang murah hati, berusaha untuk menyayangi diri sendiri dengan berbuat lebih baik. Tua, semoga menjadi penggal kehidupan yang paling membahagiakan. Karena pada akhirnya, kita selalu pulang pada kesendirian.

 
Pontianak 07072011
sisiungu, VithaCivtanyYolandary.

2 komentar:

Anonymous said...

membuatku terfikir tentang bagaimana saat ku tua nanti...

sisiungu said...

Semoga bermanfaat, Trims ^^