Tuesday, November 22, 2011

Pakaian Istimewa


Pagi itu, saya bergamis orange dengan ujung lengan memiliki bordir serta jilbab berwarna senada dan dihiasi bordir pula namun bermotif bunga kecil. Saya memakai bedak tipis lalu parfum nonlkohol ala kadarnya. Di depan cermin saya mematut untuk memastikan bahwa saya sudah berpakaian rapi setelah menyiapkan beberapa benda yang diperlukan kemudian memasukkannya ke dalam tas sampir (tas gendong samping).

Setiap pagi-pagi sekali, di akhir pekan begini adalah jadwal menghadiri majelis ilmu. Seorang teman minta dijemput, bergegas saya menuju tempat parkir motor takut kalau semakin terlambat karena waktu telah lewat 10 menit dari pukul tujuh. Beruntungnya jarak tempat tinggal kami tak begitu jauh jadi waktu keterlambatan tidak begitu banyak.

Saya hampiri teman yang rupanya sudah berada di muka gang. Di sela berbalas senyum ekor matanya menyapu seluruh penampilan saya,“Mau ke undangan nikahan?” saya yakin pertanyaannya tersebut adalah respon terhadap pakaian saya pagi itu. “Gak, kemana-mana” jawab saya dengan senyum.

Tiba di tempat pengajian beberapa teman sudah menunggu. Seperti biasa kami saling bersalaman dan saling bertanya kabar. Sampai pada teman terakhir yang saya salami, dia berkomentar sama karena penampilan saya, “Kirain mau ke undangan walimahan Vith..” (waduh, malu deh he..)

Saya berfikir gamis ini tidak berlebihan untuk agenda pengajian. Mungkin karena saya tidak pernah terlihat memakainya di hadapan mereka atau padu padan jilbab yang memberi kesan lebih. Entahlah. Sebenarnya gamis orange yang tak terlalu terang milik saya ini sudah cukup lama, modelnya juga biasa dan sudah beberapa kali saya kenakan.

Btw, bicara tentang pakaian istimewa, beberapa diantaranya adalah hadiah dari Ibu ketika lebaran dan ada juga yang saya pilih dan beli sendiri. Semua tersimpan rapi di lemari. Pakaian-pakaian tersebut saya kenakan hanya ketika ada acara semisal undangan pernikahan atau moment sejenis. Dulu, saya selalu menolak jika kakak atau adik menyarankan untuk memakai pakaian-pakaian itu di luar acara yang saya khususkan tersebut . Pakaian-pakaian “mewah” di mata saya namun biasa bagi mereka sebab saya tak ingin tampil mencolok.

Lambat laun saya bertanya, buat apa saya beli kalau tidak saya pakai. Kenapa berpakaian bagus, bersih dan rapi mesti menunggu moment spesial? Apakah majelis ilmu itu bukan acara yang spesial? Sehingga cara berpakaian pun tidak kita perhatikan? Meski saya tetap memastikan apa yang saya kenakan sesuai dengan waktu dan tempat yang tepat. Malu kan kalau salah kostum ^^

Saya kembali mengingat pemahaman atau pelajaran yang bisa di petik dari sebuah hadist, diriwayatkan dari Umar Bin Khathab ra., ia berkata: “Ketika di suatu hari kami duduk di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki yang mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam tidak terlihat darinya bekas perjalan dan tak ada seorang pun diantara kami yang mengenalinya…”(Hadist ini diriwayatkan Imam Muslim dalam shahih-nya, maap hadistnya panjang, hadist ini membahas tentang malaikat Jibril yang datang kepada Muhammad dan para sahabat untuk mengajari tentang Islam, iman dan ihsan. Jadi saya hanya mengambil di kalimat awal). Menurut Dr. Musthafa Al-Bugha dalam buku syarah Arbain Nawawiyah pelajaran hadist ini yang pertama adalah ketika hendak masuk ke dalam mesjid dan akan menghadiri majelis ilmu disunnahkan memakai pakaian yang rapi dan bersih serta menggunakan wewangian.

Kemudian saya mencoba membuka Alqur’an, Allah berfirman;

"Hai anak-cucu Adam! Sungguh Kami telah menurunkan untuk kamu pakaian yang dapat menutupi aurat-auratmu dan untuk perhiasan." (al-A'raf: 26)

Allah telah memberikan kita kenikmatan berupa pakaian dan kita diperkenankan untuk menikmati apa yang telah Allah ciptakan. Allah menciptakan pakaian untuk menutup aurat dan memperkenankan kepada setiap muslim untuk mengaturnya agar enak dipandang.

Akhirnya, bagi diri pribadi, saya tak harus menunggu acara spesial untuk mengenakan pakaian yang baik atau istimewa. Sayang juga kalau hanya saya simpan di dalam lemari. Yang penting ketika mengenakan pakaian tersebut tetap menutup aurat, bersih dan tidak berlebih-lebihan.


 
VithaCivtanyYolandary
sisiungu.

1 komentar:

Unknown said...

bd
:D

jadi inget kata-kata Aa Gym "kita hidup itu apa yang kita hirup, makan dan pakai.
sisanya titipan".