Monday, May 21, 2012

Berbagi Meski Sedikit



Perih hati melihat Bapak tua dengan postur bungkuk, pendek serta tongkat dalam genggaman tangan kiri yang mengemis di perempatan jalan, jam 5 sore lebih. Persimpangan yang begitu dekat dengan pasar tradisional Flamboyan di kota Pontianak. Wajah Bapak itu pias namun ia tersenyum untuk kami, berkata terima kasih dengan pelan saat aku dan seorang sahabat memberinya selembar uang. Dengan mengendarai motor perlahan ketika lampu hijau mulai menyala, kami sengaja menghampirinya di sebuah titik pembatas pembagi jalur kanan dan kiri jalan, tempat ia duduk beristirahat. Dan aku masih sempat melihat keringat yang merembesi baju kemeja coklat tuanya, pandangan luka Bapak itu yang kuperkirakan berusia empat puluh lebih serta kerut yang tampak di ujung matanya.


Mungkin sama apa yang dirasakan dua orang pengendara mobil tepat didepanku sebelumnya. Ada hati yang perih. Sebab yang kulihat dua lelaki muda berkemeja dengan warna hampir serupa namun berlainan mobil juga menyisihkan lembar uang mereka pada bapak tersebut. Membuka kaca mobil, menjulurkan tangan agak kepayahan agar uangnya sampai ke tangan legam si Bapak.


Entah mengapa kali ini aku merasa ada perasaan sedih begitu mencuat. Kenyataan yang Allah tunjukkan tak lebih dari satu menit itu menyisakan kesedihan yang sukar dilukiskan. Pelajaran kembali tentang rasa syukur, empati dan memperbarui sikap. Bersyukur karena mendapat rezeki tanpa bersusah payah dengan mengemis. Berempati berupa kepedulian dan kelapangan hati untuk memberi meski dalam kondisi sulit sekalipun. Kemudian memperbarui sikap saat kesederhanaan seperti terasa mulai tak lagi melekat dalam diri dan menyadari bahwa nikmat apapun datangnya dari Allah.


Dan barangkali tanpa kita sadari ada kesedihan orang lain yang terkalahkan ego kita sendiri. Terlepas ketika kita menemukan ada yang benar-benar jujur dengan ketiadaannya atau ada juga yang sekedar mengambil kesempatan, mereka tetap punya hak atas harta kita. Aku pun sendiri masih harus belajar lagi untuk banyak berbagi. Semoga harta yang Ia titipkan pada kita berwujud kebaikan untuk orang lain.

"Nikmat apapun yg ada padamu, dari Allah datangnya" (QS An-nahl : 53 )


Wallahu’alam.
VithaCivtanyYolandary.


4 komentar:

Dini Haiti Zulfany said...

Iye kak, alhamdulillah rezeki dari Allah ndak putus2. Ngalir terus tiap hari, bahkan ke pengemis sekalipun. Dan makin bersyukur krn nd perlu jd pengemis ye kak.

Dini bace di milis keadilan4all, di Palestina ndak ade pengemisnye. Subhanallaah.

sisiungu said...

iye Din, sangatsangat bersyukur..

MasyaAllah, Palestina..

setidak dengan keberadaan pengemis di sini kita diajarkan untuk berbagi :)

Asep Haryono said...

Bukan hal mudah untuk berbagi dengan sesama jika tidak dimulai dari hati yang ikhlas dan keinginan untuk membantu orang lain dari dalam hati. Membantu juga perlu keihlasan, bukan masalah besar kecilnya pemberian, tapi keihlasan yang utama

sisiungu said...

benar kang Asep, semoga kita mampu untuk terus berabgi dan memelihara keikhlasan itu, aamiin..