Perih hati
melihat Bapak tua dengan postur bungkuk, pendek serta tongkat dalam genggaman
tangan kiri yang mengemis di perempatan jalan, jam 5 sore lebih. Persimpangan
yang begitu dekat dengan pasar tradisional Flamboyan di kota Pontianak. Wajah Bapak
itu pias namun ia tersenyum untuk kami, berkata terima kasih dengan pelan saat
aku dan seorang sahabat memberinya selembar uang. Dengan mengendarai motor perlahan
ketika lampu hijau mulai menyala, kami sengaja menghampirinya di sebuah titik
pembatas pembagi jalur kanan dan kiri jalan, tempat ia duduk beristirahat. Dan
aku masih sempat melihat keringat yang merembesi baju kemeja coklat tuanya, pandangan
luka Bapak itu yang kuperkirakan berusia empat puluh lebih serta kerut yang
tampak di ujung matanya.
Mungkin
sama apa yang dirasakan dua orang pengendara mobil tepat didepanku sebelumnya. Ada
hati yang perih. Sebab yang kulihat dua lelaki muda berkemeja dengan warna
hampir serupa namun berlainan mobil juga menyisihkan lembar uang mereka pada
bapak tersebut. Membuka kaca mobil, menjulurkan tangan agak kepayahan agar
uangnya sampai ke tangan legam si Bapak.
Entah mengapa
kali ini aku merasa ada perasaan sedih begitu mencuat. Kenyataan yang Allah
tunjukkan tak lebih dari satu menit itu menyisakan kesedihan yang sukar dilukiskan.
Pelajaran kembali tentang rasa syukur, empati dan memperbarui sikap. Bersyukur
karena mendapat rezeki tanpa bersusah payah dengan mengemis. Berempati berupa kepedulian
dan kelapangan hati untuk memberi meski dalam kondisi sulit sekalipun. Kemudian
memperbarui sikap saat kesederhanaan seperti terasa mulai tak lagi melekat
dalam diri dan menyadari bahwa nikmat apapun datangnya dari Allah.
Dan
barangkali tanpa kita sadari ada kesedihan orang lain yang terkalahkan ego kita
sendiri. Terlepas ketika kita
menemukan ada yang benar-benar jujur dengan ketiadaannya atau ada juga yang
sekedar mengambil kesempatan, mereka tetap punya hak atas harta kita. Aku pun sendiri
masih harus belajar lagi untuk banyak berbagi. Semoga harta yang Ia titipkan pada
kita berwujud kebaikan untuk orang lain.
"Nikmat apapun yg ada padamu, dari Allah
datangnya" (QS An-nahl : 53 )
Wallahu’alam.
VithaCivtanyYolandary.
4 komentar:
Iye kak, alhamdulillah rezeki dari Allah ndak putus2. Ngalir terus tiap hari, bahkan ke pengemis sekalipun. Dan makin bersyukur krn nd perlu jd pengemis ye kak.
Dini bace di milis keadilan4all, di Palestina ndak ade pengemisnye. Subhanallaah.
iye Din, sangatsangat bersyukur..
MasyaAllah, Palestina..
setidak dengan keberadaan pengemis di sini kita diajarkan untuk berbagi :)
Bukan hal mudah untuk berbagi dengan sesama jika tidak dimulai dari hati yang ikhlas dan keinginan untuk membantu orang lain dari dalam hati. Membantu juga perlu keihlasan, bukan masalah besar kecilnya pemberian, tapi keihlasan yang utama
benar kang Asep, semoga kita mampu untuk terus berabgi dan memelihara keikhlasan itu, aamiin..
Post a Comment