Sunday, April 7, 2019

Yuk, berempati

Bagi saya, sebagai ibu rumah tangga, memiliki rumah yang selalu beres "Sempurna" setiap hari adalah sesuatu yang menyenangkan. Masak beres, nyapu dan ngepel beres, nyuci piring beres, melipat pakaian beres, semuanya beres. Tetapi itu, jikalau ada orang lain yang mendampingi batita saya bermain saat saya menyelesaikan semua pekerjaan domestik. Memandikan pagi dan sore hari. Menyuapi sarapan, makan siang serta malam. Ayahnya? Kerja. Pergi pagi pulang sore. Kadang baru disaat weekend, kami berbagi peran menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

Jadi karena pekerjaan rumah sebagian besar saya selesaikan sendiri banyak "intermezo" dari si batita yang juga butuh diperhatikan. Selain itu karena kebanyakan waktu dihabiskan bersama saya. Batita saya selalu ingin nempel terus sama ibunya. Ibunya ke dapur, ikuut. Ibunya ke ruang tamu, ikuut. Ibunya mau ke wc pengen ikut juga. Mengedor-ngedor pintu wc sambil nangis (horor😅)

Setelah sholat subuh, menjadwalkan masak. Baru selesai satu menu. Eh, dianya bangun lalu menangis. Karena ibunya sudah tidak ada di tempat tidur, sementara ia masih sangat mengantuk. Saya susul ke kamar agar dia bisa melanjutkan tidurnya. Kalau kurang tidur, moodnya menjadi tidak baik. Sepanjang menuju siang akan rewel. MasyaAllah 😁

Jika saya menyapu, ia ikut memegang tangkai sapunya. Batita ini memang punya keinginan explore yang besar dan cukup aktif. Apa saja yang ibunya lakukan, ia ingin tahu. Nah, kegiatan menyapu ini terpaksa saya tunda dulu, diselesaikan ketika ia tidur siang. Kasihan kalau debu-debu terhirup olehnya. Sehari saja saya perlu dua kali menyapu agar rumah tetap bersih. Itupun terkadang teras depan rumah terlewatkan untuk disapu. Belum lagi untuk pekerjaan selanjutnya. Setelah ia bangun belum tentu semua akan beres.

Oh, iya. Pernah suatu hari saya berandai-andai. Andai punya banyak waktu untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Tapi itu saya sesali. Harusnya sebaliknya, saya lebih punya banyak waktu bersama batita saya. Mendampingi tumbuh kembangnya. Memberikan banyak stimulasi dengan kegiatan sesuai usianya. Dll. Oleh karena itu tidak hanya karena alasan bosan dengan makanan yang dimasak sendiri, kadang-kadang satu atau dua hari saya lebih memilih memesan makanan lewat aplikasi go food. Menghemat waktu 😅.

Beberapa kali juga saat hanya berdua, sementara saya sibuk di dapur, saya biarkan ia ditemani gadget. Nonton youtube. Kontennya bagus sih, mendidik. Tapi usianya kan belum genap 2 tahun. Anak "kicik" ini belum dibolehkan. Saya meminimalisir ini terjadi berulang. Sambil masak, "nyambi" ngajak ia bermain masak-masakkan. Beberapa alat masak dikeluarkan dari lemari piring. Ya berantakan, tidak apa-apa cuma perlu sedikit waktu merapikan kembali setelah selesai urusan dapur.

Jadi belajar berempatilah wahai sesama ibu, jika kita bertamu ke rumah seseorang ibu, melihat rumahnya yang masih belum disapu atau piring kotor yang masih tergeletak. Jangan malah berucap, "kan di rumah aja, kok kerjaan nggak beres." Tanpa tahu kerepotan yang dialami si ibu yang punya rumah. Waduh, bikin dongkol. Mending pulang aja gih. 😅

0 komentar: