Kala senja dengan rinai hujan
Ketika di perjumpaan terakhir kami, ia katakan mohon maaf atas
semua kekurangannya dan tentang segala
kerepotan yang menurutnya ia bebankan padaku. Ia masih mengingat dengan baik
semua hal yang katanya itu adalah kebaikanku, yaitu saat ia meminta untuk menemaninya
membeli beberapa barang keperluan dalam rangka kepindahannya ke kota kelahiran
karena diterima menjadi guru di sana. Itu adalah kali pertama aku jalan-jalan
bersamanya setelah beberapa minggu kami berkenalan.
Kisah kami di episode tarbiyah cuma sepenggal, tak lama. Kalau
dapat kuhitung hanya berkisar kurang lebih 4 bulan. Pernah ada tanya yang
menggantung, " Mengapa Ia begitu berbeda dari sosok para murobbiku
sebelumnya?" Dulu muatan materi benar-benar terasa menyentuh mentalitasku,
mengerakkan semangat, yang setiap pulang dari jadwal pekanan itu aku selalu
merasa mendapat beragam "oleh-oleh". Namun saat bersamanya aku seperti
tak menemukan sesuatu yang kucari. Ah, barangkali hati kami belum tersambung,
kupikir.
Namun saat terlontar
kata-kata perpisahan darinya hari itu, kala senja dengan rinai hujan. Nuansa
hatinya mulai dapat kurasa. Buliran bening yang hampir jatuh disudut mata
segera kutahan karena sebelumnya ia meminta agar tak ada yang menangis di hari
perpisahan kami. Aku menunduk, kesedihan menyergap. Ingin kutatap wajah
murobbiku, mencoba menggali harta jiwa yang lain dari raut wajah putihnya.
Seketika aku mengerti, Ia adalah seseorang yang mengajari arti
syukur serta mengajariku makna berkorban yang banyak. Ia yang sering berbagi
cerita kehidupan, termasuk sesekali bercerita kisah hidupnya sendiri dengan tak
sungkan pada kami, adik-adik binaannya. Ada saja pelajaran yang dapat kupetik.
Cerita kehidupan yang ternyata membuatnya begitu berbeda dari para murobbiku
sebelumnya. Bersamanya aku tumbuh.
“ Kakak pergi, akan ada yang menggantikan, cintailah siapapun
orangnya,” ungkapnya. Ada pelukan yang begitu hangat dan erat darinya saat tiba
giliranku bersalaman sambil mengatakan kalimat permohonan maaf yang masih sama.
Pulang dari perpisahan itu hanya ada diam dan air mata sembari mengulas
kenangan bersamanya. Kala senja dengan rinai hujan. Hari itu akhir perjumpaan
kami.
VCY.
5 komentar:
was crying when reading this.. remember mine, just like your story, sist...
o,yeah?
Murobbi saya itu biasa, namun sesuatu yang ia tinggalkan di hati saya begitu luar biasa :)
Semoga kita tetap istiqomah ya din, dan terus belajar syukur, amin
amiiiin ya Rabb.
i like this story and other your writing sister...It's very inspirative..thank's for all...
arys...
hanya tulisan lepas,
pun banyak belajar darimu..
Post a Comment