Wednesday, February 10, 2010

Aku masih berjumpa senja, Kakek…


Aku masih berjumpa senja, Kakek…


Senja, yang kutahu rimanya adalah waktu pulang setelah bergelut dengan matahari terang. Seperti saat ini, saat senja yang kuingat hanya jalan pulang: kematian, jalan pulang yang sepi.


Teringat lagi hari-hari ketika engkau mengajariku membaca duri, mengeja batu jalanan.

Kini tinggal aku yang mengembara, menyusuri taman- taman persinggahan, memetik hikmah di kebun kehidupan.


Perempuan ini, kakek…

Sering mematung dijendela, menatap gerimis kuat, mendengar suara angin basah, menikmati embusnya yang menyelusup dan memandang musim hujan bergerak pelan untuk berfikir dalam-dalam tentang singkatnya hidup. Kemudian adakala ia kaku memilih-milih jalan sahaja. Dan tahukah? Perempuan ini selalu merasa ruang begitu luas saat sendiri dan memilih diam walaupun mata masih memicing. Kemudian pura-pura memejam hingga akhirnya benar-benar tidur


Ia pun masih mengejar sesuatu yang tersembunyi diwaktu tertinggal, merangkai mimpi-mimpinya yang belumlah utuh, lalu belajar menikmati kebahagiaan dan kesedihan dari gegas-gegas langkah dan teringat kata-katamu “kalau jatuh, jangan menangis”


Kakek, ada senja yang ramah sore ini, apa kabarmu disana?


0 komentar: