Musim sudah berulang berganti. Angin bertiup pelan
dan langit terasa lebih dekat. Di malam yang benderang purnama sudah berpuluh
kali menunjukkan wajahnya menyongsong malam. Sedang sesekali aku masih saja
mengenang pada sepotong waktu saat sosokmu menyembul dari kerumunan orang-orang
di hari mendung kala itu.
Apa kabarmu? Apakah segala sesuatu berjalan
sebagaimana lazimnya? Terkenang pula persahabatan yang kau sodorkan dulu. Hangat
dengan keramahan yang tidak dibuat-buat. Kini berbilang waktu kemudian, kehidupan
yang datang pastinya kita tidak pernah menyangka akan alurnya yang kadang
berliku. Barangkali kita telah banyak memiliki semacam perjanjian pada diri
sendiri. Impian, jalan yang dilalui, hal-hal yang direncanakan untuk hidup, atau
bahkan kenangan yang terus disimpan.
Teman, betapa gegas waktu berlari. Aku percaya ada
banyak yang kita hadapi di luar kehendak. Namun semakin kepasrahan meninggi
semakin banyak rasa syukur memenuhi hati hingga kuat adalah satu-satunya
pilihan yang kupunya kini. Kurasa engkau pun demikian karena ingatan tentangmu juga
adalah tentang sikap keikhlasan pada ketentuanNya. Kebaikanmu yang tak pernah
hilang dari kedua belah mataku serta selalu ada kesabaran yang menenangkan yang
kau bagi. Terima kasih atas segalanya. Betapapun yang terjadi pada kehidupan
kita kini. Aku tak pernah ingin menyesalinya. Sebab rangkaian hidup juga adalah
gumpalan perubahan. Dan kita hanya perlu menyiapkan hati pada tiap perubahan
itu lalu memilih dengan cara apa kita menghadapinya.
Kau tahu mengapa aku menuliskan ini? Karena menulis
adalah salah satu cara menyimpan kenangan tentangmu atau menjelaskan tentang segala
sesuatu yang tak tersampaikan oleh lisan. Walaupun ada banyak hal yang perlu
kau ketahui. Namun akhirnya aku memahami, pada setiap persahabatan, ia adalah
titipan. Kita milikNya. Maka hanya kepadaNya kupinta penjagaan setiap waktu untukmu
kala tak pernah lagi ada sua dan percakapan. Kupinta agar hidup dilingkupi
keberkahan. Dan aku masih meminta, semoga hati dipenuhi dengan
rasa kasih sayang serta semoga IA mencintai kita.
Lalu berikutnya. Pada apapun
kehendak dan jalan yang kau pilih. Aku berharap kita masih berjalan
menuju ampunanNya. Meski kadangkala kenangan membuat
kubertanya, adakah kita masih termangu pada pikiran yang sama?
Pontianak, menuju akhir Juni
2013.
VCY, sisiungu.
4 komentar:
bahasanya elok di baca,
wah senangnya mungkin kalo sahabatnya membaca ini. sahabat karib rupanya kah
makasih, iya sahabat baik mba..
hmmmm
dt: seorang sahabat baik saya yg lain..
Post a Comment